Best Friend

Postingan kali ini saya tulis untuk salah sahabat terbaik saya, tidak menyangka dipertemukan saat pertama kali diterima masuk ITB, berjuang bersama selama tiga tahun kuliah di SBM, dan sampai sekarang masih berjuang bersama dalam dunia karir di tempat yang berbeda, tapi alhamdulilah masih bisa tetap terus saling memberi dukungan, doa, dan semangat satu sama lain.

Mungkin sudah terlalu banyak momen yang kita lewatkan bersama, tapi inilah beberapa yang terlintas dalam pikiran saya,

Daftar Ulang di Sabuga

Menunggu panggilan saat daftar ulang memang sesuatu sekali, sudah harus datang subuh supaya cepat bisa masuk gedung sabuga, dan duduk di dalam pun ternyata cukup membuat diri ini mengantuk. Dan di samping saya ternyata ada teman baru yang mengajak berkenalan, dengan memakai rok dan kemeja formal, seperti orang yang mau melamar kerja, ternyata namanya Ersha. Rupanya dia bukan orang yang bisa berdiam diri untuk waktu yang lama, jadilah dia mengajarkan saya bermain tepuk tangan kayak saman, tapi sampai sekarang saya juga ga bisa-bisa. Kami kemudian bertukar kontak telepon dan membuat janji untuk tinggal di asrama putri Kanayakan ITB bersama.

Asrama bareng, Kost bareng

Seperti janji saat daftar ulang, kami pun tinggal bersama di asrama kurang lebih 9 bulan, dan kost di tempat yang sama sampai lulus. Echa dengan kamarnya yang jauh lebih rapi meskipun barangnya super banyak dan lengkap. Sahabat yang pali baik, karena suka masakin sayur dan lauk kalau week end, meskipun saya suka mager pake banget kalo diajak belanja ke Pasar Simpang.

Kuliah dan Organisasi

Selama di SBM kami tidak pernah satu tutorial, dan itulah alasannya walaupun kami satu jurusan dan satu kosan tapi tetap saja kadang jarang bertemu. 80 persen organisasi yang kami ikuti pun sama, walaupun akhirnya kami pun tetap memiliki prioritas yang berbeda, Echa hampir setiap minggu ke Ciwidey dengan Satoe Indonesia nya, sedangkan saya hampir tidak pernah pulang dari studio radio kampus.

 

Conference Thailand

Meskipun kami memiliki sifat dan minat yang sangat berbeda, tapi perbedaan hadir untuk saling melengkapi. Cerita mencari sponsor pertama kali nya nge bolang ke ibukota, meskipun saya suka mengeluh diajak jalan jauh, kemana-mana minta naik taksi, pengalaman jalan mengitari monas karena mengira jalan dari Kemenparekraf ke Kemenlu itu dekat, atau jalan dari GBK sampai ke Karet. Jalan sejauh apapun ternyata tidak terasa kami lewati bersama. Hingga akhirnya, perjuangan pun terbayar saat kami mendapat kesempatan untuk mempresentasikan tugas akhir kami

Perbedaan

Berbicara soal perbedaan di antara kami tidak akan pernah habis sepertinya, berselisih pendapat tidak jarang kami alami. Saling sebel dan kesel karena kekurangan sifat diri kita masing-masing juga kerap kali, Tapi ya itu lah yang saya sebut Best Friend.

Latar belakang keluarga yang berbeda, membentuk pribadi yang berbeda pula, membuat saya belajar banyak hal. Belajar untuk lebih berjuang dan lebih bersyukur. Echa yang sama sekali tidak pernah mau kalah berkompetisi berbanding dengan karakter saya yang mudah menerima keadaan, sebagai salah satu contohnya.

Alhamdulilah, hingga saat ini kami masih bersama, walaupun masing-masingnya sedang berjuang untuk mencapai kesuksesan dalam berkarirnya. Dilema yang kami hadapi memang kesulitannya terus berkembang, but that’s what friends are for.

Semoga persaudaraan ini akan berlanjut sampai ke Jannah nya Allah

One thought on “Best Friend

  1. Thank you dear…({})
    I’m speechless…
    Thank’s to be my best friend…
    Thank’s for everything that you gave to me…
    We can change the world and I’ll wait to hear your success story someday…

    Like

Leave a reply to Echa Cancel reply